FPDPI-bersama santri Kasi PD Pontren Kota Semarang Tantowi Jauhari (tengah) bersama santri saat berkunjung ke Pondok Pesantren Inklusi Nurul Maksum, di Mangunharjo Tembalang Semarang |
Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Kasi PD Pontren) Kota Semarang Tantowi Jauhari, menyampaikan, pendidikan agama adalah hak bagi semua insan. Tidak membeda-bedakan antara yang berkehidupan secara normal, maupun yang berkebutuhan khusus.
Hal itu ia kemukakan saat berkunjung ke Pondok Pesantren Inklusi Nurul Maksum, di Kelurahan Mangunharjo Tembalang Semarang, baru baru ini.
Karena itu, Tantowi yang hadir bersama koleganya dari Kemenag Kabupaten Grobogan, menyampaikan, upaya mencerdaskan bangsa harus dilakukan kepada siapa dengan tanpa membeda-bedakan kondisi dan kemampuan secara fisik.
“Setiap santri berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang sama, baik itu yang hidup secara normal maupun yang punya kebutuhan khusus,” katanya.
Karena itu, lanjut dia, haadirnya PP Nurul Maksusm sebagai pesantren inklusif sangat positif guna memberikan dan pemenuhan hak bagi santri dalam pemenuhan pendidikan.
“Pondok Pesantren Nurul Maksum adalah Ponpes dengan pendekatan yang holistik dan yang menyeluruh. Dan, Nurul Maksum ini menjadi pesantren inklusi pertama yang ada di Jawa Tengah,” terangnya.
Pengasuh PP Inklusi Nurul Maksum Ustadz Umar Said menyampaikan, pesantren yang dipimpinnya itu, mempunyai
visi mewujudkan lembaga pendidikan Islam yang inklusif, bermutu, bermanfaat bagi umat dalam rangka membumikan Islam rahmatan lil alamin.
Karena itu, kata dia, untuk mencapainya, pesantren berusaha menggapai misi yaitu mewujudkan pendidikan Islam inklusif tanpa diskriminatif. Selain itu, akan mewujudkan santri sebagai individu yang mandiri, kreatif, dan berkarakter.
“Kami berusaha membentuk generasi khairul ummah dan peduli pada sesama. Sehingga pesantren kami ini
mempersiapkan santri untuk hidup mandiri dengan mengembangkan bakat melalui pembinaan keterampilan dan kecakapan hidup,” katanya.
Dari semua itu, lanjut dia, guna memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu pendidikan, pesantren juga membantu dan mengasuh anak-anak dari fakir miskin, yatim piatu, dan dhuafa.
“Kami di pesantren ini mengelola rumah santri difabel, panti sosial asuhan anak, taman pendidikan Al-Quran, madrasah diniyah, dan majlis taklim,” katanya.
Adapun santri Nurul Maksum, Umar mangatakan, terdiri atas santri biasa dan juga santri difabel serta yatim dan dhuafa.
“Ada sekitar 49 santri yang belajar di pesantren. Sebanyak 16 santri mukim dan sebagian yang lain santri non mukim. Mereaka berasal dari Semarang, Demak, dan Brebes,” katanya.
Dari jumlah tersebut, menurutnya, ada delapan santri yang berkebutuhan khusus. Yaitu, santri dengan tunarungu, tunagrahita, dan autis.
“Kami berikan pendidikan dan pemahaman tentang keislaman dan pendalaman al Quran. Bagi tunarungu menggunakan Al-Qur'an isyarat dan mengunakan artikulasi,” terangnya.
0 Komentar